Rabu, 27 April 2016

REVIEW JURNAL



REVIEW JURNAL
“SARJANA TEKNIK INDUSTRI KUALITAS, TANTANGAN, DAN PROSPEKNYA DALAM ERA PERDAGANGAN BEBAS OLEH MATTHIAS AROEF – 1996”

PEMBAHASAN DALAM JURNAL
            Dunia perdagangan di Indonesia selama ini selalu mengalami perubahan suasana, termasuk didalamnya hal mengenai perubahan kebijakan ekspor secara besar-besaran. Dunia usaha merasakannya sebagai perubahan yang terjadi secara terus menerus dan membuat mereka akhirnya mengambil sikap untuk menunggu. Sejak zaman orde baru telah dibebaskan lalu lintas perdagangan impor-ekspor yang disertai pembebasan lalu lintas devisa. Sejak 1985 maka suasananya dirubah dengan adanya mempunyai pengaruh yang besar kepada suasana pasarnya, seperti penentuan harga, kuota, dll.
Mereka dengan mudah membentuk “kartel” yang kuat, bahkan menghadapi pemerintah sekalipun. mempunyai pengaruh yang besar kepada suasana pasarnya, seperti penentuan harga, kuota, dll. Mereka dengan mudah membentuk “kartel” yang kuat, bahkan menghadapi pemerintah sekalipun. mempunyai pengaruh yang besar kepada suasana pasarnya, seperti penentuan harga, kuota, dll. Mereka dengan mudah membentuk “kartel” yang kuat, bahkan menghadapi pemerintah sekalipun. Dan sudah banyak pengusaha maupun pejabat pemerintah yang mempertanyakan apakah dunia usaha kita siap untuk menghadapi persaingan internasional di kandangnya sendiri? Ada yang mengatakan belum siap. Tetapi Presiden Soeharto daslam pidato kenegaraan beliau pada tanggal 16 Agustus 1995 di muka sidang DPR menyatakan, siap atau tidak siap, suka atau tidak suka, kita harus turut dalam persaingan internasional yang akan berlaku segera.
Berbagai bentuk monopoli akan harus dihapuskan, dan berbagai bentuk proteksi akan harus dihilangkan. Semua akan harus masuk ke dalam persaingan internasional. Pesaing bisa datang dari negara manapun di dunia, dan karena itu maka perusahaan di Indonesia akan harus menjadi perusahaan kelas dunia. hasil produk atau jasanya harus memenuhi persyaratan internasional, seperti ISO 9000 - an, ISO 12000-an, atau ISO 16000-an, dsb. Lalu, harga jualnya harus bersaing di tempat pasarnya, yaitu mempunyai keungulan harga jualnya. Harga jual ini sudah termasuk biaya transportasi ke tempat. Dan lalu juga harus dipenuhi ketepatan waktu penyerahan sesuai dengan perjanjian, bahkan bisa harus lebih cepat dari para pesaingnya. Kalau sekarang semua sifat itu belum dipunyai, maka sudah harus segera dengan cepat keunggulan-keunggulan itu dibentuk dengan segala daya upaya. Persaingan internasional itu bisa saja berbentuk persaingan “cut throat competition”. Dan kalau tidak siap, maka perusahaan hanya tinggal menunggu tanggal kematiannya.
Pemerintah yang merupakan sektor jasa daslam perekonomian nasional, juga harus menjadi sektor yang berdaya saing tinggi. Jangan sampai ia dibiarkan tetap menjadi parasit dalam sistem nasional. Sifatnya yang kontra-produktif harus dirobah menjadi bersifat produktif. Mudah-mudahan langkah Zero-Growth yang diambil oleh pemerintah sekarang ini merupakan langkah besar ke arah itu. Dalam masyarakat industri akan harus dipunyai banyak sekali wiraswastawan (entrepreneurs) tingkat lokal, daerah, nasional dan internasional. Masyarakat industri juga harus mempunyai banyak inovator, manajer, dan profesional di berbagai bidang. Persaingan di masa datang tidak bisa lagi dilandasi oleh alih teknologi dari negeri lain, karena dengan jalan seperti itu perusahaan Indonesia akan selalu ada di pasar setelah perusahaan yang memberikan teknologi itu, dan mereka sudah sempat menguasai pangsa pasar yang besar.
Jadi, banyak sekali perubahan yang harus diadakan, termasuk pendidikan orang Indonesia menjadi manusia industrial Indonesia yang baru. Ia harus bekerja keras, cermat, hemat, kreatif, selalu berusaha untuk mencapai yang terbaik, tidak cepat puas, berdisiplin bertanggung-jawab, menghargai waktu, percaya diri, bekerja secara profesional, memiliki pengetahuan dan teknologi yang tinggi, suka akan perubahan, dan mempunyai kemampuan manajerial yang baru, seperti manajemen dalam suasana perobahan dinamis.
Pendidikan Teknik Industri dewasa ini amat bervariasi, mulai dari yang sangat terbatas karena kelengkapan pengajar dan sarana pendidikannya maupun oleh karena kurang interaksinya dengan dunia ilmu pengetahuan dan praktek yang luas. Beberapa waktu yang lalu Rektor ITB mensinyalir bahwa keadaan alat dan perlengkapan laboratoria di universitas sudah amat ketinggalan bila dibandingkan dengan peralatan dan perlengkapan yang terdapat di industri. Maka, bila hal itu benar, materi yang diajarkan pada universitas masih terbelakang dari kebutuhan dunia industri. Bagi diri para lulusan persaingan itu lebih berarti persaingan dengan sesama profesional dari negara lainnya. Ini merupakan masalah yang berat bila ia tidak dipersiapkan dengan baik untuk itu. Perusahaan bisa saja menerima profesional dari negara lain apabila kualitasnya lebih baik daripada lulusan dalam negeri.
Bagi diri para lulusan persaingan itu lebih berarti persaingan dengan sesama profesional dari negara lainnya. Ini merupakan masalah yang berat bila ia tidak dipersiapkan dengan baik untuk itu. Perusahaan bisa saja menerima profesional dari negara lain apabila kualitasnya lebih baik daripada lulusan dalam negeri. Dunia industri Indonesia dewasa ini masih belum giat dalam melakukan inovasi produk ataupun proses dalam industri. Yang paling banyak terjadi adalah bahwa para insinyur teknik industri itu berperan sebagai penampung alih teknologi dari negara donor teknologi. Mereka masih berperan untuk bisa mengasimilasikan teknolog alihan itu di perusahaan tempat ia bekerja.
Menurut istilah kemampuan penguasaan teknologj skala B.J. Habibie sarjana teknik industri kita masih pada tingkatan ke-1, yaitu kemampuan untuk menggunakan teknologi yang sudah dikenal. Ini masih merupakan tingkatan yang rendah. Maka jelaslah bahwa pada industri Indonesia belum terbentuk kegiatan inovasi teknologi baru, karena kegiatan inovasi itu memang merupakan kegiatan yang mahal dan pengembalian biaya inovasi itu bisa lama sekali setelah ia berhasil dikomersialisasikan. Dengan demikian luasnya persyaratan kualifikasi yang harus dipenuhi oleh seorang sarjana Teknik Industri di masa datang, maka sudah seharusnyalah apabila perancangan kurikulum juga dilakukan ulang. Artinya, output characteristics dari para lulusan haruslah memenuhi persyaratan kualifikasi yang baru. Dengan demikian maka pendidikan sarjana teknik industri bisa dibagi ke beberapa tingkatan pendidikan, dan dengan demikian akan bisa diperoleh hasil yang tinggi. Tidak perlu seorang sarjana menguasai kemampuan yang terlalu canggih, kecuali apabila ia diproyeksikan untuk menuju ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi. Universitas harus menghasilkan sarjana teknik industri dalam jumlah yang sangat besar untuk memasuki era Indonesia menjadi negara industri baru.
Perusahaan harus mengadakan perubahan budayanya. Sarjana teknik industri harus dimungkinkan untuk menjadi pakar tinggi di bidangnya dan dihargai tidak kalah dengan manajer puncak perusahaan. Hanya dengan cara demikian maka Indonesia bisa mempunyai pakar teknik industri, dan dengan demikian mempunyai pakar yang akan melakukan penelitian dan pengembangan teknologi dengan baik. Tantangan sudah jelas. Sarjana teknik industri Indonesia harus berkualitas dan berkapasitas tingkat dunia. Karyanya harus setara dengan rekan sarjana teknik industri dari negara lain di dunia, termasuk dari dunia negara industri yang telah lama maju. Jadi pendidikannya harus betul-betul ada pada taraf internasional dan memahami persyaratan internasional, seperti persyaratan ISO-9000-an, ISO-12000-an dan lain-lain. Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan di atas maka setiap universitas yang menyelenggarakan pendidikan teknik/teknologi industri perlu melakukan reformasi program-program pendidikannya secepatnya. Juga perlu ditumbuhkan peranan asosiasi profesi untuk bisa berfungsi sebagai lembaga yang membina profesinya, standar unjuk laku profesional, dan persyaratan untuk bisa berpraktek di bidang profesinya.

REVIEW JURNAL
            Secara garis besar, jurnal ini membahas detail tentang perkembangan dunia industri, teknologi yang digunakan dan kriteria dari sumber daya manusia yang dibutuhkan oleh dunia industri. Bahwa dunia industri Indonesia masih mengalami banyak perubahan-perubahan yang tidak menentu sifatnya, adanya monopoli oleh pihak tertentu sehingga membuat pemerintah pun tidak bisa ikut andil dalam penentuan harga. Hal seperti itu perlu dihapuskan karena semua akan masuk dalam persaingan internasional. Pesaing bisa datang dari Negara manapun. Hal tersebut memicu bahwa industri dalam negeri perlu melakukan banyak perbaikan, baik dari produk yang dihasilkan maupun sumber daya manusia yang mengolah industri itu sendiri. Selain itu juga pemerintah perlu menjadi sector yang produktif, bukan justru menghambat industri dalam negeri dengan kebijakan-kebijakan yang menyulitkan.
            Jurnal ini mengingatkan para sarjana teknik industri bahwa di masa yang akan datang, persaingan industri dilandasi dengan alih teknologi. Selain itu institusi pendidikan benar-benar perlu melakukan perbaikan kurikulum untuk industri yang terbilang terbelakang. Bahwa seorang sarjana teknik industri tidak perlu menguasai kemampuan yang terlalu canggih namun mampu menerapkan ilmu yang dimilikinya sesuai dengan kenyataan industri saat ini dan mampu membuat dirinya untuk mempunyai kualitas seorang professional.

Lihat jurnal yang direview : klik disini 
 
NERISSA ARVIANA/ 35412288 / 4ID04

Tidak ada komentar:

Posting Komentar